Beberapa
hari lalu kita baru saja memperingati Isra Mi’raj, tentunya banyak pelajaran
dan hikmah yang dapat dipetik dari peristiwa tersebut dan tak kalah pentingnya
adalah seputar penafsiran apakah peristiwa tersebut merupakan perjalanan fisik
atau batin..? terlepas dari berbagai perdebatan itu yang jelas berbagai
kalangan menyatakan bahwa peristiwa tersebut adalah perjalanan fisik yang dapat
dibuktikan secara lmiah. Pada kesempatan ini saya tidak membahas hal tersebut
saya mencoba untuk menelah peristiwa isra mi’raj dari sisi perintah sholat yang
diterima oleh Rasullulah Muhammad SAW. Diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari pada
saat Nabi Muhammad SAW berada di Baitul Ma’mur, Allah SWT mewajibkannya beserta
umat Islam yang dipimpinnya untuk mengerjakan shalat lima puluh kali
sehari-semalam.
Lantas
apa istimewanya peristiwa tersebut dengan apa yang ingin saya sampaikan
disini….? yang harus kita renungkan adalah “PERINTAH SHOLAT DARI ALLAH KEPADA
NABI DAN UMAT” jadi ada 3 point penting disini pertama ada perintah agar Nabi
dan umatnya melaksanakan sholat, kedua ada yang memerintah yakni ALLAH SWT
kemudian ada yang diperintah. Dalam hal ini hubungan antara yang memerintah dan
diperintah adalah hubungan antara Sang Pencipta dan yang diciptakan tentu saja
statusnya lebih tinggi lagi dari pada hubungan antara pimpinan dan bawahan.
Namun lagi lagi pertanyaannya adalahlah apa istimewanya peristiwa itu…?
Baiklah
saya coba jelaskan apa yang menjadi penafsiran saya, pertama bahwa peristiwa
tersebut tidak hanya dipandang dari sisi perintah dari otoritas Yang Maha Agung
dan Maha Tinggi, namun ada peristiwa kepemimpinan dimana perintah pertama yang
diberikan adalah melaksanakan sholat 50 waktu dalam sehari semalam, selanjutnya
Nabi Muhammad SAW selaku pemimpin umat meminta keringangan kepada ALLAH
dikarenakan keprihatinannya akan ketidak mampuan umatnya dalam melaksanakan
shalat 50 waktu tersebut. Saya bahasakan proses ini sebagai bentuk negosiasi
yang akhirnya dikabulkan menjadi 10 waktu dalam sehari semalam, pada tahapan
ini proses negosiasi tersebut diulang kembali hingga dikurangi menjadi 5 waktu
dalam sehari semalam. Artinya ada tiga kali proses dimana Nabi Muhammad SAW
bertemu ALLAH SWT dan 2 diantaranya adalah proses negosiasi untuk meminta
keringanan bilangan waktu shalat. Sebetulnya dalam peristiwa ini ada peran Nabi
Musa AS dalam memberi saran dan masukan kepada Nabi Muhammad SAW agar meminta
keringan bahkan hingga bilangan 5 waktu dalam sehari semalam, akan tetapi Nabi
Muhammad SAW malu untuk meminta keringanan lagi setelah 2 kali negosiasi
dilakukan beliau menyatakan menerima dan ridho atasnya.
Apa
hubungannya dengan kepemimpinan ..? jelas bahwa Nabi Muhammad adalah teladan
untuk kepemimpinan dimana beliau tidak begitu saja menerima perintah untuk
dilaksanakan bersama umatnya namun beliau lebih jauh sangat memikirkan
kemampuan umatnya dan menegosiasikan hingga ada pengurangan bilangan sholat
dari 50 menjadi 5 waktu dalam sehari semalam.
Tentu
saja semua peristiwa itu tidak berdiri sendiri, ada skenario besar Allah dalam
memberi pelajaran kepada makhluknya untuk dapat diimplematasikan dalam
kehidupan sehari-hari antar manusia,
coba kita renungkan bukankah ALLAH Maha Mengetahui, Maha Berkuasa dan
Maha Berkehendak. Kenapa tidak langsung ditetapkan saja shalat itu menjadi 5
waktu, kenapa harus ada proses negosiasi, apakah ALLAH tidak mengetahui jika
bilangan 50 berat untuk dilaksanakan umat Muhammad SAW…?
Tentu
saja banyak makna dibalik perstiwa itu semua, saya mencoba melihat dari peran seorang
pemimpin terhadap yang dipimpin, bagi saya pemimpin yang baik akan selalu
memperhatikan potensi dan kekuatan bawahannya dan berani untuk menegosiasikan
hal-hal yang akan memberatkan bawahan. Pemimpin yang baik tidak hanya bisa
bilang “ YES….SIR, SIAP….PAK, SIAP…NDAN, OK…PAK, AMAN PAK, AMAN BOS, SIAP
DIKERJAKAN PAK BOS”
Hanya
sebuah penafsiran untuk renungan
aslam_go04@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan membuat komentar apa saja sepanjang masih dalam batas kewajaran