Ketika saya berada didesa saya selalu
menyempatkan diri untuk mengamati apa yang menjadi sumber pendapatan
masyarakat, salah satunya adalah
perkebunan kelapa atau pendapatan yang bersumber dari penjualan kelapa, Kopra
dan arang batok kelapa, lalu saya coba untuk membandingkan dengan DIY
Yogyakarta pada saat kita berjalan disepanjang mallioboro maka dengan mudah
akan kita temui kreatifitas seni dari pohon kelapa seakan tak ada bagian dari
kelapa yang tidak dapat dimanfaatkan, semua memiliki nilai guna dan nilai jual.
Saya tidak berharap banyak pemanfaatan
kelapa di Tanjabtim sama dengan Yogyakarta tapi paling tidak banyak hal yang
dapat dimanfaatkan dan memungkinkan untuk dikembangkan dari pemanfaatan kelapa
oleh masyarakat selain kopra, dan arang kelapa,
misalnya serat sabut, meningkatkan produk arang kelapa menjadi briket
ataupun asap cair.
Khusus Pembuatan dan pemanfaatan asap
cair hasil penelitian Lilis Sucahyo mahasiswa fakultas Tekhnologi pertanian IPB
pernah difilm kan melalui Film dokumenter Sang Pengumpul Asap yang
berhasil meraih The Best Idea dan menjadi finalis dalam Eagle Awards
Documentary Competition 2009 yang diselenggarakan Metro TV , karya lilies
ini juga menjadi lima besar ketika
dipresentasikan di forum internasional penyelamatan lingkungan dan
upaya mengurangi dampak pemanasan global, Bayer Young Environmental Envoy 2009
di Leverkusen, Jerman.
Di dunia internasional, produk yang
dikenal dengan nama wood vinegar atau liquid smoke tersebut telah
lama digunakan sebagai penambah cita rasa pada produk makanan. Jepang merupakan
salah satu negara yang intensif mengembangkan dan memproduksi asap cair dan
menjadikan produk ekspor yang menembus pasar Eropa dan Amerika.
Sekarang coba kita lihat kembali
pemanfaatan kelapa oleh masyarakat, disepanjang perjalanan Muara sabak Ulu ke
mendahara atau ke sadu, akan banyak kita jumpai sabut kelapa yang terbuang
tidak termanfaatkan padahal saat ini serat sabut merupakan produk exsport yang
memiliki pasar yang luas didunia internasional, selanjutnya dengan mudah dapat
pula kita jumpai masyarakat yang membakar batok kelapa untuk dijadikan
arang, dengan asap yang menggangu
penglihatan dan pernafasan, padahal asap dari pembakaran batok kelapa masih
bisa dimanfaatkan menjadi Asap Cair dengan berbagai macam kegunaan. Antara
lain, sebagai pengawet alami makanan seperti ikan, bakso, dan tahu, sebagai
bahan koagulan lateks, bahan penghilang bau (deodorizer), desinfektan
buah-buahan, serta pestisida organik dalam pertanian. ”(Dengan bahan pengawet
alami itu) makanan bisa tahan sekitar tiga sampai lima hari,” jelas Lilis.
Asap cair dapat juga digunakan untuk
pengolahan penggumpalan karet, pengawetan kayu dan pengawetan kulit. untuk obat
sakit gigi dan menyembuhkan luka-luka ringan. Saat ini, harga asap cair di pasaran
Rp 15.000/liter. Teknologi pengumpul asap itu cocok untuk penerapan konsep
produksi bersih (zero waste concept) yang mengharmoniskan upaya
perlindungan lingkungan dan pertumbuhan ekonomi.
Pengolahan limbah asap sebenarnya
sederhana. Sebelum melayang ke udara, asap dari pembakaran batok kelapa
dialirkan ke dalam pipa-pipa besi dan berubah menjadi cair. ”Teknologi yang
digunakan memanfaatkan prinsip kondensasi untuk mengubah fase gas.
(aslam_go04@yahoo.com)